Air adalah sumber kehidupan. Demikianlah slogan yang sering kita dengar. ketika air tersedia di suatu daerah seolah bercerita tentang suasana yang tenteram, sejuk, nyaman dan sejahtera. Namun sebaliknya ketika air tidak tersedia maka kesan kita sontak mengatakan bahwa desa itu adalah terbelakang, gersang dan tidak membuat orang betah untuk berlama-lama tinggal.
Serupa dengan ilustrasi diatas, itulah keadaan di dusun Tangga Desa Selengen. Meskipun dusun Tangga berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Gunung Rinjani yang semestinya air melimpah namun hal itu tidak berlaku untuk dusun disana. Setiap hari masyarakat harus berjalan lebih dari 1,5 km untuk mendapatkan air bersih. Urusan mandi sudah pasti, masyarakat hanya mandi sekali sehari tatkala mengambil air untuk kebutuhan masak dan minum. Yang rada malas dikit biasanya mandi sekali dalam dua hari. Lantas bagaimana dengan anak-anak sekolah? So, pasti anak-anak jarang yang mandi pagi sebelum berangkat sekolah. Biasanya mereka mandi pada sore hari, itupun kalau mereka sempat turun ikut orang tuanya mengambil air. Jadi, jangan heran ketika kita berkunjung di dusun tersebut kita menjumpai anak-anak yang seolah tidak terurus, kotor, pakaian dekil dan "sedikit bau". Bukanlah karena orang tuanya yang tidak mau mengurus anaknya namun lebih dikarenakan akan terbatasnya air bersih. Air 1 atau 2 jerigen yang diangkut dari bawah tentunya “sayang” dibuang kalau untuk mandi, makanya lebih dahulu diutamakan untuk kebutuhan minum, memasak dan sedikit untuk wudhu.
Bukan tidak ada upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Sudah lebih 3 tahun segala upaya dilakukan, namun selama kurun waktu tersebut masalah air bersih tidak juga terselesaikan. Pernah ada program perpipaan sebelumnya, namun belum cukup untuk mengantarkan air itu kepada masyarakat. Bak penampungan dan pipa yang diberikan seolah "lelah" menanti kucuran air bahkan bak yang dibuat itu rusak sebelum sempat tersiram air.
Lantas apakah tidak pernah diusulkan melaui PNPM? Jawabannya bukan tidak pernah diusulkan, namun konon usulan air bersih selalu "kalah" ketika dibahas di musrenbang. Demikianlah sepenggal kisah kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dusun tangga yang dikisahkan oleh Bapak Luji Hartono, Kadus Tangga.
Bermula dari kesulitan tersebut maka pada tahun 2012, kegiatan air bersih kembali diusulkan di forum musrenbang desa. Alhamdulillah kali ini, perwakilan dari semua dusun menyepakati usulan perpipaan air bersih di Dusun Tangga untuk menjadi prioritas kegiatan PNPM 2013 di Desa Selengen. Namun ternyata ada sedikit ganjalan, dalam ketentuan PNPM MPd disyaratkan bahwa nilai kegiatan maksimal Rp 350 juta sedangkan estimasi awal nilai kegiatan lebih dari ketentuan tersebut mengingat jarak sumber air dengan Dusun Tangga ternyata cukup jauh, diperkirakan lebih kurang 12 km. Sekali Alhamdulillah, ternyata Pemerintah Kabupaten Lombok Utara juga mendengarkan kesulitan masyarakat dusun Tangga. Pada tahun angaran 2013 juga mengalokasikan untuk kegiatan perpipaan air bersih.
Agar kegiatan tidak tumpang tindah maka bersama masyarakat direncanakan pemilahan titik kegiatan dimana PNPM akan menggarap di bagian bawah dan dana Pemda di lokasi bagian atas. Setelah dilakukan pengukuran diketahui panjang trase pipa untuk PNPM sejauh 6650 m dengan pipa S 12,5 diameter 3 inc dengan alokasi pendanaan sebesar Rp 330.380.000,-.
Sedikit kisah lagi, ketika kami melakukan survey sumber air, tantangan yang cukup berat kami hadapi. Medan yang menajak dan yang paling mengerikan adalah lintah pacetnya itu lhoo. Ih,,,setiap kami melangkah lintah pacet tersebut berloncatan kearah kami. Setiap beberapa meter langkah kami harus saling mengecek kalau-kalau lintah itu sudah menempel di tubuh kami. Ternyata kami adalah lemah terhadap makhluk kecil ini. Ketakutan kami menghentikan survey kali ini, tetapi kondisi sumber air harus kami ketahui. Akhirnya kami putuskan menugaskan salah seorang masyarakat setempat yang biasa masuk hutan untuk mengambil foto dan sedikit sampel air di sumber. Kami beristirahat di salah satu pondok hutan sambil menyantap bekal makan siang yang sudah telat untuk dikatakan makan siang. Dibawah rintik hujan, santapan sederhana kami terasa begitu nikmat hingga tak terasa 2 jam lebih akhirnya utusan itu datang membawa botol berisi sampel air. Perhatian pertama kami saat itu bukanlah pada sampel air tetapi pada lintah-lintah yang menempel di kaki, dan punggungnya. Ada 1,2,3…… waoooo,,,,lebih dari sepuluh ekor lintah yang harus disingkirkan.
Setelah melewati perjalan panjang, pada bulan Agustus (seminggu sebelum lebaran) pemasangan pipa terakhir selesai. Pada kesempatan ini, fasilitator secara khusus ikut nimbrung naik ke hutan untuk memantau pemasangan pipa sekaligus menjadi uji coba pertama hasil pekerjaan. Seperti harap-harap cemas, beberapa menit menunggu belum ada tanda air mengalir. Namun sayup-sayup mulai terdengar tiupan angin dari dalam pipa. Ada timbul harapan dan suara angin terdengar semakin kencang. Dan.....BUARRRRR.... air pertama mengucur dengan derasnya. Kami yang sekian banyak tepuk tangan kegirangan bahkan menari-nari seolah penantian panjang hari itu telah terlunasi. Anak-anak kecil yang menyaksikan uji coba ini seperti tertular kegirangan. Mereka mandi bersama sepuasnya seolah-olah tidak pernah merasakan guyuran air. Para orang tua pun ternyata tak mau kalah, akhirnya kami semua yang hadir hari itu mandi bersama-sama. Hari itu lapar puasa tidak terasa. Dan sebagai wujud syukur atas hasil kerja bersama, masyarakat Dusun Tangga hari itu mengundang fasilitator untuk berbuka puasa bersama di lokasi kegiatan.
Alhamdulillah, puji Allah atas anugerah-Nya kegembiraan lebaran tahun ini semakin lengkap dengan adanya air bersih.
(Penulis : Shaeful)
Kamis, 29 Agustus 2013
SEPENGGAL KISAH AIR BERSIH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar